Rasanya enak banget tau ada orang yang begitu sayang sama kita. Tulus ngasi perhatiannya, pedulinya, lovingnya, sepertinya semua bakalan mereka berikan cuma supaya kita selalu bahagia. Tapi, begitu kita sampai pada titik dimana kita sadar kalo kita ga bisa ngasi hal yang serupa, rasanya terlalu menyakitkan ternyata. Maksut saya, kita ga punya kemampuan untuk memberi apa yang mereka sudah kasih ke kita, bukan melulu hal yang sama, hanya masalah timbal balik aja. Kenapa kita ga mampu? Kalo saya wajib fardhu menjawab pertanyaan ini, maka jawaban yang saya punya hanya ‘my bad!’ saya ga sesempurna mereka, pathetic i know..
Please don’t judge me evil!
Saya ga sudi bermaksud jahat sama orang-orang yang begitu peduli pada saya. Saya juga sayang kok sama mereka, masalahnya saya terbentur ragam rasa beserta keadaan yang memaksa. Saya tidak mencoba memfitnah ‘rasa’ dan ‘keadaan’ sebagai biang keladinya. Lagi-lagi pada akhirnya semuanya meruncing ke satu point, EGO. Sudah saya katakan saya ga sesempurna mereka!
Iyah, ego saya yang terlalu bodoh ini menuntun saya untuk berlaku sebagai subject yang ga pernah mau kalah. Apa lacur? Saya terlahir selfish.
Saya kembali pada sakit yang menyerang saat kita sampai pada titik balik ego kita. Iya, saya memang sedang mengalaminya sekarang. Entah Tuhan mimpi apa sampai mau membuka hati saya yang sudah karatan ini. Saya merasa semu, bahagia yang sudah saya kumpulkan satu-persatu seperti sudah ga ada artinya. Saya merasa bersalah, karena attitude saya untuk mencari bahagia ternyata cuma lakon oportunis semata. Saya merasa begitu kecil, karena berani berharap yang terlalu besar. Saya kecewa, karena saya gagal!
Sekarang yang tersisa hanya saya dan senyawa kecil sanctuary. Mereka masih ada tentu saja, berjarak hanya 5 kilometer dari sini. Dan kelebihan ego ini akan terlucuti di tiap centimeter yang saya tapaki menuju mereka, menuju bahagia yang sempurna... see you there...
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.