iah kamu benar..
mereka tak bisa membantu menyembuhkan luka
malam itu saya sudah mencoba, meneriaki siapa saja! siapa saja…, memaksa mereka mengantar saya ke circle k, saya harus membeli sebuah kotak putih bertuliskan ‘first aid’ lalu bicara. saya tidak bicara, lebih karena tak bisa. Jadi saya biarkan mereka yang berbicara dan saya sibuk berdoa semoga hujan segera tiba. Entahlah, rasanya saya ingin berlari dibawah hujan lalu biarkan tubuh ini diderasi airnya. Tapi seperti biasa, tuhan tidak mengabulkan permohonan saya, ya sudahlah toh saya tak bisa melihat pelangi setelah hujannya reda. Pelangi bodoh mana yang mau keluar malam-malam?
Efekrumahkaca – desember
Akhirnya, lagi, saya memaksa, minta diantar pulang karena merasa percuma. ‘first aid’ sudah terbeli tapi saya tetap tak tertolong juga, padahal saya belum siap mati. Lalu disitulah saya, terduduk sendiri dengan sebatang rokok ditangan kiri, sekarat dan diam saja. Where the hell are you?
Saya tidak menangis, bukan hebat tetapi karena kelenjar air mata sudah terkuras habis, saya sakit kepala. Dan yang saya butuhkan ternyata bukan ‘first aid-nya’. Saya butuh kamu...
Apakah saya sebeku es di kutub utara hingga kamu lebih memilih untuk pergi mencari berkas matahari?
Apakah tiap detik begitu mencabikmu saat jarak kita hanya 5 cm?
Did i kill you slowly?
Lalu saya mengutuk dalam hati, betapa menyedihkan menjadi pelangi, bodoh untuk setia menunggu huja reda..
*ini untuk aree yang menjadi hujan
Bukan masalah ‘2 hari’ nya, hujan tidak turun...itu saja.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.