2.15.2008
note
jadi maap karena ga sesuai dgn tanggal yg tertera
x)
Dear
I tried to imagine you sitting beside me...
I was trying to use myself by writing a poem, but words just don't like to share
I just need somewhere to start, but don't we all?
The failure is mine, of course. I recalled the time you got me barefooted on your side. The weather was so cold and your breath was so warm, and you smiled. Large eyes shadowed by the light of a muted television. Sometimes I try to picture that smile. It's difficult I know, but the efforts’ almost worth it.
Gosh! This is why I just love the quietness; I spend my time having sex with words, remembering moments better as I wrote them than I do as I lived them. I spend my break ups in tragic sentimentality, inspired to write out of bitterness and neglect, motivated by self hatred and an unforgiving ego. You and I. we wrote while we could, left in despair when the words ran out and replaced themselves with a comfortable silence.
Even so,
I wish you were here.
neglected
240108
05.03 am
Kenapa harus selalu sepert ini?
Siyal! Segalanya terlalu rumit sampai saya tak tahu harus menulis apa..
Padahal biasanya keadaan ‘neglected’ dan sesak napas justru sering mengilhami banyak hal di kepala.
06.21 am
Apa yang terbaik untuk kita?
Bukan!
Apa yang terbaik untuk kamu saja?
Masalahnya adalah kamu terlalu sibuk dibuai sakit hati yang tak berkesudahan itu. Kamu masih tak rela memaafkan saya. Tapi tolong jangan menghukum saya seberat ini. Don’t push me too hard please... Menolehlah sebentar, tidakkah kamu lihat saya sudah tertikam terlalu dalam. Then don’t just keep putting on your pressure on the wound. Stop atau kamu bunuh saja sekalian!!
eneg kemarin..
122807
03.59 am
Beberapa hari kemarin saya berada di the very lowest level. Eneg sama semua hal, termasuk diri sendiri yang fucking pathetic ini. Begitu banyak masalah yang seharusnya saya selesaikan satu per satu, tapi dengan sangat naïve-nya I just screwing things up! Awkay, mungkin bukan naïve, tapi bodoh yang munafik (kedengeran lebih adil ditelinga saya). Sampai akhirnya saya terdampar pada rasa bersalah yang ga berkesudahan. Yang ada di kepala ini ternyata hanya saya, saya, saya, dan saya. Betapa egois-akut ini sudah mengerogoti saya dari ubun-ubun sampai ujung kaki, merajalela melalui seluruh sense organs sehingga immune system saya tunduk, pun menuhankan dia.
Badai pasti berlalu (heyeh!). Iya, badai yang memporak-porandakan hidup saya kemarin sudah berlalu, emang belum semuanya sih, paling nggak emaknya udah lewat, sekarang tinggal anaknya yang masi bayi. Dan saya hanya punya sedikit waktu buat ngeberesin sisa-sisa badai ga sopan ituh. Semuanya baik-baik aja sekarang, saya sudah bisa memaafkan diri sendiri dan semoga bisa teteup seperti itu. Saya mencintai hidup saya, saya sedang bahagia....
*saya bahagia
Karena saat kita punya sebungkus nasi telur dan mi goreng yang mengenyangkan pikiran, saya ada
Karena saat kita lelah mengajak sepatu butut kita berjalan-jalan, saya ada
Karena saat kita merogoh kantung celana mencari pecahan 4rebuan dan menikmati bau keringat kita dise-onggok mesin berjalan, saya ada
Karena saat si pepes lagi khusyuk ngerjain kita, saya ada
Karena saat kita sibuk goyangin jempol kaki dan teriak ‘haloo..beni beni beni beni..’ saya ada
Karena saat genteng neraka lagi bocor dan kita harus ketempat dibyow bukan untuk perbaikin genteng, saya ada
Karena saat kita sedang jadi anak kecil yang mandi hujan waktu tubuh ini menggigil kedinginan, saya ada
Karena saat kamu berjarak setengah meter di atas tanah dengan pick ditangan kanan, saya ada
Karena saat kamu tidak menginginkan saya, saya keukeuh ada
Karena kemarin, sekarang, besok, kamu selalu ada...
hurt to hatred
November 30th 2007
Saya baru saja membaca shoutout yg mendoakan smoga para cacing berbahagia, terdiam, untuk kemudian mengalihkan mata pada sebuah blog. Banyak postingan baru disana, tapi yang benar-benar terpatri di kepala ini adalah kata-kata ‘im sorry, im leaving…’ dan setelahnya saya benar-benar membeku…
Iyah, pergilah.. mungkin akan lebih baik begitu buat dia.
Pergilah sampai jauh, supaya tangan ini sudah ga akan sanggup lagi menggapai.
Pergilah sampai jauh, supaya mata ini tidak lagi lelah mencari.
Pergilah sampai jauh, supaya jeda..
Pergilah sampai jauh sekali….
Untungnya saya tak berlama-lama membeku, setelah beberapa detik saya lebih memilih merasa sakit, karena rasa apapun akan lebih baik daripada hanya sekedar being numb, mati rasa. Lalu happenly teman saya bertanya ‘are you okay, anyway?’. Tanya yang mendamparkan saya di semu. Kenapa pertanyaan itu dilontarkan pada saat seperti ini? Saat saya dalam keadaan yang begitu ingin menjawab tapi merasa percuma. Saat saya full loaded dan ingin mengurangi bebannya tetapi bingung harus mulai darimana. Beban yang mana yang akan saya lucuti lebih dulu?. Lalu dia menjudge saya SAKIT!
Dan sekarang saya terpuruk! Put on my fingers on this black keyboard without any feelings but hurt. Saya akan berdoa semoga ‘hurt’ ini berubah wujud menjadi ‘hatred!’ menjadi BENCI selalu lebih menguntungkan daripada menjadi SAKIT!!!
*what happen?
the worst day ever
02.30 am
Entahlah..pagi buta ini rasanya pengen mencurahkan semuanya, jadi binun sendiri nyebut hari ini sebagai bad day or worst?
Kenapa binun? Awkay let me figure this out.
Pertanyaannya, kenapa hari ini harus saya anggap bad day?
I just have ‘my day’ and these PMS things screw me up all day long! Gilak! Perutnya sakiit banged, kalo aja bisa ni perut udah saya titipin kemana dulu dan setelah tujuh hari baru saya ambil lagi. Omigod, apakah hanya karena si Hawa ngerayu Adam buat nyicipin Your precious aple sampe2 hukuman yang kamu kasi ke perempuan setiap sebulan sekali ini begitu tak terperikan! Perut berasa kembung, dililit dan ditarik sejauh 5 kali putaran mengelilingi bumi. Ouchh!!
Then, selain PMSing inih, saya juga mengidap anyang-anyangan akut! Penyakit yang sama sekali tidak keren memang. Setiap 2 menit harusnya saya ke kamar mandi (harusnya! Tapi kan saya gak kuat bopong-bopong kamar mandi kemanapun saya pergi) mengeluarkan cairan kuning yang gak sampe berliter-liter banyaknya, hanya 5 tetes (itu udah paling mentok) dan setiap melakukan ritual ini miss V meronta-ronta kesakitan. Suhu badan pun jadi aneh, dari ujung kepala sampe tulang kering gerahnya bukan main, tapi seluruh tubuh selalu merinding karena darah saya beserta kedua kaki ini kedinginan. Saya jadi ga comfort ngapa-ngapain. Duduk salah, berdiri pegel, berbaringpun ga bisa ngepas. Satu-satunya posisi paling enak adalah jongkok, tapi setelah beberapa lama berjongkok-ria timbullah satu masalah baru, betis saya jadi keram (secara, kata lelaki saya, pantat yang saya bawa-bawa ini lebih dari cukup kuantitasnya) oh apa daya?
Yang lebih membuat diri ini naas adalah perjalanan cukup panjang menuju rumah kos seorang teman. Saya harus duduk dijok pespa yang meragukan derajat kenyamanannya (sori dol, tapi jok pespa lu emang miring). Saya harus melawan gravitasi yang menyerang dari sisi kiri dengan cara memenggokkan pinggang lebih ke kanan. Bayangkan! Saya yg sedang PMS+anyang-anyangan harus pake acara bengkokin pinggang supaya ga jatuh dari pespa ditengah jalan raya penuh debu plus polusi udara gak mutu ditambah lagi dengan menusuknya sinar matahari yang panas, terik, geRRRRaaaHH itu (secara itu jam 12 siang bolong banget!) siyal!!
Sepulang dari penyiksaan tiada tara itu, letihnya bukan main. Pilihan utama adalah tidur damai secara tepar. Iyah saya memang tidur and guess what? Lagi-lagi nasip baik tidak berpihak. Dalam tidur (yang harusnya damay sejahtera) saya bermimpi ketemu malaikat maut bergaya gothic dan berpakaian anak SMA! Silakan tertawa, tapi itu my worst nightmare eh daymare ever!! Lah gimana ga ngeri, si malaikat gaul ngasi taw kalo saya bakal berpulang kesisi-Nya dalam waktu dekat, dan pesan terakhirnya pada saya adalah ‘have a nice trip’ dan saya terbangun dengan baju basah karena keringetan.
Lalu sampai detik ini saya masih merintih meratapi perut yang tak kunjung membaik sambil menjaga mata supaya teuteup melotot saking takutnya tertidur dan ketemu malaikat gaul itu lagih. Oh lelakikuh dimana kamu, aku takut bobo sendirian, hiks.. dan sebagai penutup dari kisah derita nestapa di hari sabtu ini akan saya sampaikan sebuah berita duka lagi yang cukup memungkinkan dijadikan alasan bunuh diri, saya kehabisan rokok! Siyalaaaaaaaaaaaaaaaannnnnnnnnnn!!!!!
home...
Oct. 30th 2007
01.45 am
Saia ingat sebuah puisi yang judulnya The Road Not Taken. ‘jalan yang tidak dijalani’. Lupa pengarangnya siapa yah? Nevermind… Terkadang, di dalam hidup ada jalan-jalan yang seharusnya ga kita jalani entah karena kita ga tau atau karena ga ada pemandu yang membimbing kita. Resiko paling parah paling cuma nyasar tapi tetep aja jalan yang diambil itu keliru. Saia sudah pernah ngambil jalan yang salah. Hampir tersesat tapi untungnya segera ditolong. Memang bukan oleh pemandu terbaik, bukan seorang penunjuk arah yang benar dan jalan yang kita ambil berikutnya pun belum tentu jalan pulang ke rumah dengan tanda kutip. Tapi paling nggak, saia ngerasa aman.
Sampai sekarang saia masih belum tau apakah jalan yang saia pilih adalah jalan menuju ke rumah. But then I learn something, dimanapun kita berada, jalan apapun yang kita pilih, no matter where we are, noticed that we have each other, loving and cares. Then we are home. Mau kesana?
29 Oktober 2007, 12.36 am
Dear who?
Saya ga tau mau ngomong apa..
Rasanya ga pernah hilang. Malah semakin menusuk. Sepertinya ga akan pernah mau hilang dan selalu nempel disini seumur hidup. Terlalu banyak hal-hal kecil yang harus jadi masalah besar gara-gara masa lalu. Saya sudah berubah. Sudah ga mau jalan-jalan sendirian kemana-mana. Sudah cuek dengan warna kuning. Sudah ga pernah bilang ‘nyanya’ didepan cermin setelah memakai blush on berwarna pink pastel. Sudah ga pernah berdebar-debar menghitung detik sambil tersenyum sendirian didalam taksi yang membawa saya ke soropadan. Hal-hal kecil yang sudah ga pernah saya lakukan lagi selama setengah tahun belakangan. Saya sangat berbeda dengan diri saya yang dulu. Berbeda sekali dear…
Baru saja saya bertemu seorang teman baik yang sedang jatuh cinta. Dia bercerita banyak, dari susahnya tidur, pelototan dengan henpon sampai sembunyi dikolong meja gara-gara cinta. Lalu saya bertanya-tanya dalam hati bagaimana perasaannya setelah berbagi seperti itu. Tentu saja dia ga menjawab, dia hanya bilang terima kasih sambil tersenyum. Saya ingin seperti itu. Saya juga ingin bercerita. Cerita yang sepenuhnya hanya untuk didengar dan dibagi. Cerita yang ga menghasut emosi. Cerita yang ga punya nilai bagus atau jelek, dan setelah itu saya akan bilang terima kasih sambil tersenyum. Tapi sepertinya cerita ini memang harus disimpan sendiri, karena ketika niat untuk berbagi itu tersampaikan, yang saya dapat cuma respon yang seharusnya sudah bisa saya bayangkan sebelumnya. Untuk beberapa detik saya hanya terdiam, lalu tertawa… dan setelah itu menanyakan ke brandal dan mpus yang sedang bersama saya, apa yang akan mereka lakukan jika mereka mendengar respon serupa…
Berikutnya yang saya ingat, saya menyalakan laptop, me-right clik shortcut winamp di desktop dan mulai mendengar lagu bernada sedih yang diberi seorang teman… …lalu menangis…dan saat itu, henpon berdering…
Ingin sekali berada di rumah, dear… walaupun disana akan sangat sulit menghisap rokok, tapi begitu mudah mencari sepasang telinga, sepasang tangan, dan suara yang menenangkan. Saya lebih butuh untuk didengar, dipeluk dan disemangati daripada menghembuskan enaknya asap rokok setiap 10 menit.
Saya kangen nyokap..
Nyokap yang selalu semangat sepahit apapun DOSA yang dilakukan anaknya
Nyokap yang begitu mudah memaafkan
Nyokap yang sering ketiduran di ruang tengah
Saya mengingat nyokap yang selalu penyayang
Tawanya ketika saya isengin
Caranya menolak kalau saya dengan penuh semangat akan menggunting rambutnya
Tangannya yang begitu siaga menggenggam remote TV ketika sinetron kesukaannya dimulai
Ribet-ribetnya nyokap kalau lagi masak,
Bahasanya dalam mengirim SMS (menempatkan jeda dan tanda tanya pada tempat yang tidak wajar),
Caranya bercerita (mungkin hampir seluruh keluarga mengingat cara dia menceritakan bagaimana dengan konyolnya dia ketemu yang bukan manusia),
Omelan-omelan pendeknya yang lucu
Rapi-nya nyokap,
Kebiasaannya melipat segala sesuatu yang tidak perlu dilipat (kalau di kamar saya)
Dan banyak hal lainnya…
Hhhh…disini ga ada siapa-siapa dear…
i love my life
020108
12.39 am
Saya baru saja menghajarR seorang teman!!
Badannya lebih gede daripada saya but the first prize goes to me. Dia kalah telak! Haha..
Yup.. kita berantem gara-gara rasa (heyeh lagi2 masalah tengik inih). To be honest, topik yang satu ini memang bisa menghasut segala argumen konyol nan sugestif yang selalu bikin indra penciuman saya ‘bangun’. Ibarat gombel di jempol kaki, udah tau tengiknya naujubileh, tetep aja saya suka cium-cium baunya (jempol kaki sendiri loh).
Awalnya karena si temen saya ini tiba-tiba nanya ‘pernah sedih ga mi kalo inget mantan?’ ditengah-tengah perdebatan kita tentang jaminan harom pilem bokep, secara computer dia jadi lemot sangad kalo abis dipake buat nonton pilem yang lebih menegangkan dari segala pilemnya Arnold Schwarzneger ituh. Tentu aja saya sewot sebentar, soalnya saya sedang begitu menikmati debat aurat kami sebelumnya. Tapi ternyata subjek yang suddenly dia suguhin lebih menggugah selera senses saya. Yasudah saya mamam ajah!
Respon saya setelah menghembuskan beberapa makian kepadanya adalah ‘pernah!’. Iaah, saya pernah sedih mengingat mantan. Kira-kira seminggu setelah saya dan sang mantan ‘bubaran’. Sedihnya karena menyesal, kenapa saya ga berani ngambil keputusan bubar jalan ituh dari dulu. Sedihnya karena menyesal, betapa saya begitu loyal meng-amin-i libido sang mantan. Sedihnya karena menyesal, sudah menghabiskan waktu hampir 4 tahun hanya untuk disesali. BBB. Bego Betul Bukan?
Tapi itu dulu! Sekarang saya ga ngerasa sedih sama sekali kalo inget dia, malah sedikit bersukur, secara saya sudah mbati banyak hahah (oportunis gitu loh). Maksut bersukur disini adalah se-dreadful apapun feel sorrynya selalu ada buah yang bisa saya petik. Peduli setan buahnya mentah sepet ato malah busuk mampus dimamam uget-uget. There’s always one thing or two i can learn. See, sekarang si mantan saya ituh sudah berbahagia dengan hidupnya. Lalu saya gak harus sewot donk, karena dia berhak buat bahagia. Saya malah berterimakasih sebesar-besarnya kepada Tuhan Yang Maha Kuasa sudah mau repot-repot menghadiahkan kondisi seperti ituh untuk sang mantan. As well as me myself, saya juga punya hak untuk berdamai dengan hidup saya dan sekarang im truly in a high spirit, blissful. Saya bahagia dengan pilihan saya, memang belum merasa cukup dengan apa yang saya punya, tapi manusia mana sih yang pernah ujug-ujug puwass? At least I can say I’m glad for what I don’t have.
Jadi.. teman, berada dalam situasi sedih dan miserable saat mengingat mantan ga dosa sama sekali ko. But then, just don’t make it worst. Sesekali bolehlah menoleh kebelakang, untuk sekedar mengenang that you’ve been somewhere, you’ve done things, you forgive the world and the world forgives you and you learn. So now inhale a deep breath, take a step forward, make a big sto0pid smile on your face if that would make you feel better. Lalu colek aja seseorang disampingmu dan katakan ‘I love my life!’
2.12.2008
nol empat pagi buta
erk..iseng yg bermanpaat (kirakira begitulah) x)
celamat datang..